Minggu, 21 Desember 2008

Ibu


Hari ini...22 Desember 2008 dengan berbalutkan seragam KORPRI aku berdiri dengan khidmat mengikuti uapacara memperingati hari Ibu yang ke-80,ibu..

Dalam derai air mata, dalam haru biru senandung lagu untuk mu, aku mengenangmu.

Tak banyak hal istimewa yang bisa kuceritakan mengenai ibuku. Ibuku adalah seorang wanita dengan penuh kesederhanaan. Dia tidak sepintar ibu-ibu modern saat ini, tidak pula kreatif.

Meskipun ibuku seorang guru, tetapi tidak banyak campur tangannya dalam membantu pembinaan pendidikan sekolahku di rumah. Misalnya dalam belajar membaca Al Quran dan pelajaran sekolah ayahku yang selalu membantu.

Ibuku terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah diluar jam kerjanya sebagai guru. Mulai dari memasak, mencuci hingga membersihkan rumah. Namun ibuku tidak pernah mengeluh atau bahkan marah kepada anak - anaknya jika malas mambantunya.

Ibuku tidak pemarah namun tegas. Apapun kesalahan dan kebodohan yang kuperbuat di tak pernah murka atau menghajarku habis-habisan.

Pernah sekali waktu aku mendapat peringkat kelas ke 42 dari 44 siswa Sekolah Dasar. Rasanya aku mau mati saja ditelan bumi beserta raportku itu. Aku takut pulang ke rumah. Aku menangis meratapi kesedihanku di sepanjang jalan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah apa yang kudapati? Ibuku malah menyambutku dengan senyum penuh kedamaian dan sepotong kue buatannya. Meskipun dia telah mengetahui terlebih dahulu hasil raportku yang hancur dari wali kelasku.

Memang semua ini bukanlah mutlak merupakan kebodohanku. Aku terlalu cepat masuk sekolah . Sampai - sampai sebelum waktunya tahun ajaran baru aku sudah didaftarkan dan mulai mengikuti pelajaran. Dan akupun merasa sulit mengejar ketertinggalan pelajaranku dari teman- teman yang lain.

Tapi ibuku dengan lembut dan bijaksana menenangkanku dari kegalauan hati. Beliau membelai rambutku dengan lembut sambil berkata: "De...bukan seorang anak dengan segudang prestasi yang ibu dambakan. Ibu gak menuntut banyak kok. Anak yang sholeh itu cukup bagi ibu. Lengkapi sholatmu, jangan kabur kalu ustadz datang untuk mengajarimu mengaji, Doakan ayah dan ibumu."

Kata-kata ibuku bak cemeti yang cukup sukses mencambukku sehingga membuatku berubah menjadi lebih baik. Tapi ibu, kusadari bahwa aku bukanlah anak yang sempurna, yang bisa selalu mambahagiakanmu. Seribu bintang di langit tak kan cukup untuk membalas jasamu.

Aku cuma ingin membuatmu selalu tersenyum dan bahagia. Karena bagiku kau adalah ibarat Tuhanku di dunia. Jika aku ingin melihat Tuhan tersenyum kepadaku maka aku harus membahagiakanmu dan membuatmu selalu tersenyum.

Ibu, aku sungguh memohon, Allah mempertemukanmu dan memasukkan mu dalam golongan Ummahatul Mukminin Maryam, Aminah dan Aisyah r.a di akhirat kelak. Amin. Ibu, hanya doa ini yang dapat ku persembahkan untukmu di hari Ibu.







Jakarta, 22 Desember 2008
Dalam syahdunya senandung cinta untuk Ibu.
Dari anakmu yang terus berusaha menjadi anak yang Sholeh.


1 komentar:

Pia mengatakan...

amin
love u too, mom!!